Aku Sayang Kamu Bukan Masih Sayang


“….udara  yang kuhirup begitu sesak. Entah apa yang membedakan hari ini dengan kemarin. Cerahnya sama tak nampak ada yang berbeda….”

Aku berdiri diatas pasir pijakan yang terdapat dua pasang jejak kaki manusia. Sepasang milikku dan yang satu lagi milikmu. Aku tertunduk mengamatinya. Apakah benar ini milik kita? Iya. Kita memang pernah berdiri disini, berdua, berhadapan, menikmati lembutnya angin cinta. Tapi kenapa sekarang aku disini sendirian? Dimana si pemilik jejak kaki ini? Ohya, aku hampir lupa. Kamu sudah pergi.
Air mata terkadang masih mengalir ketika aku mengingat yang lalu. Kisah ini begitu singkat sampai aku masih bisa mengingat hampir seluruhnya. Senyumanmu, suaramu, tawamu. Aku masih ingin menatapmu dengan tatapan yang sama, sayang. Menikmati senyummu yang begitu menyejukkan.
Aku sayang kamu bukan masih sayang. Mengapa semua harus berakhir secepat ini? Saat aku masih ingin merangkai hal-hal indah bersamamu. Aku sadar, aku terlalu sibuk mengamati keindahanmu hingga aku lupa menyiapkan hati yang mungkin tersakiti ketika kau pergi. Iya, seperti sekarang.
Maaf sayang jika aku pernah tidak sengaja menyakitimu sampai kau mampu berlaku seperih ini. Maaf jika ternyata sikapku tak lebih baik dari mereka yang tidak kau sukai. Perhatianku mungkin terlalu berlebihan hingga membuatmu lupa untuk membalasnya. Aku tau pasti kau terluka dengan caraku melepasmu kemarin. Maaf, sayang. Bukannya aku kehabisan cara untuk membuatmu bertahan. Aku hanya tak lagi memiliki cara untuk menyejukkan hati yang semakin kau abaikan ini.
Ini cerita milik kita. Memang, Tuhan sudah lebih dulu menyiapkan perpisahan dari pertemuan ini. Tapi apakah kita merencanakannya? Aku yang terluka apa ini inginmu? Aku terlalu bodoh jika mengharapkanmu kembali.
Waktu terus berjalan. Sampai detik ini kau masih menjadi rutinitas otakku. Aku lupa melakukan segala hal dengan cara yang benar. Seperti sekarang, udara yang kuhirup begitu sesak. Entah apa yang membedakan hari ini dengan kemarin. Cerahnya sama tak nampak ada yang berbeda.



Berbaliklah sayang, katakan bahwa kau tidak lagi menyayangiku seperti kemarin.
 Sungguh, aku ingin berhenti.

Comments