Pagi ini entah
hari keberapa setelah perpisahan kita. Entah ini tangisan keberapa yang
tercipta dari rasa sedihku. Semalam. saat waktu lagi-lagi mempertemukan kita
segalanya terasa berhenti. Nafasku terasa sesak. Bukan soal luka lama yang
kembali terkoyak melainkan rasa rindu yang memuncak ketika berada dekat dengan
pemiliknya. Iya, kamu.
Wajah, suara,
dan gores senyum itu dulu pernah menjadi milikku. Lengan dan tubuh itu pun dulu
pernah kaugunakan untuk memelukku. Kau masih dengan rupa yang sama. Kau masih
dengan kesempurnaan yang sama. Tapi kau tidak lagi muncul dengan hati dan rasa
yang sama.
Kamu tidak pernah menjadi seburuk yang mereka bilang. Dan luka ini tidak juga mampu membenarkan perkataan mereka. Kau tetap sebaik dirimu seperih apapun luka ini. Kau tetap terbaik sesedih apapun hatiku.
Kamu tidak pernah menjadi seburuk yang mereka bilang. Dan luka ini tidak juga mampu membenarkan perkataan mereka. Kau tetap sebaik dirimu seperih apapun luka ini. Kau tetap terbaik sesedih apapun hatiku.
Comments
Post a Comment